Panduan Praktis Zakat Fitrah dari KH Miftah Faridl.
 
DALAM melaksanakan rangkaian ibadah Ramadhan, sebagai penyempurnanya  kita wajib membayar zakat fitrah. Ada beberapa hal yang penting untuk  dimantapkan supaya zakat fitrah kita betul-betul sesuai dengan tuntunan  Rasulullah Saw.
Mengenai jumlah barangkali tak ada masalah, yaitu  seharga beras yang nasinya sehari-hari kita makan, tiga liter lebih atau  sekitar 2,5 kg. Untuk kehati-hatian, silakan lebihkan sedikit.
Waktu pelaksanaan zakat fitrah sampai kepada mustahik  itu tanggal 1 Syawal. Sedangkan 1 Syawal itu mulai Maghrib sampai  pelaksanaan Sholat Id. Kalau zakat fitrah diberikan setelah pelaksanaan  Id, maka tidak sah dan dinilai sebagai sedekah biasa.
Kita dibolehkan untuk menitipkan zakat fitrah kepada  lembaga yang kita percayai, untuk kemudian oleh lembaga itu disampaikan  kepada yang berhak menerimanya pada saat yang tepat. Penitipannya bisa  dilakukan pada tiga, dua, atau satu hari sebelum hari raya.
Zakat fitrah diberikan hanya untuk fakir miskin dari  kalangan kaum muslim. Targetnya jangan sampai pada hari raya masih ada  orang lapar dan yang minta-minta.
Yang juga perlu menjadi catatan kita, muzaki dalam zakat fitrah tidak boleh dalam waktu yang sama menjadi mustahik.
Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah yang  mempunyai kelebihan dari keperluan untuk dirinya dan keluarganya. Kalau  memang kita mempunyai kemampuan untuk zakat fitrah, kita tidak boleh  menjadi mustahik.
Orang yang di bawah tanggungan kita, seperti anak, adik,  atau siapa saja yang sehari-hari menjadi tanggungan kita, termasuk  pembantu yang serumah dengan kita, tidak boleh menerima zakat fitrah  dari kita.
Zakat fitrah diberikan kepada orang yang bukan  tanggungan kita sehari-hari. Sebab, pemberian kepada orang yang di bawah  tanggungan kita, itu nafkah namanya.
Seseorang tidak boleh memberikan zakat fitrah kepada  ayah dan ibu kandung. Sebab, ayah dan ibu kandung itu tidak boleh miskin  kalau anaknya kaya. Kalau anaknya kaya, maka ayah dan ibunya harus ikut  kaya, sekurang-kurangnya cukup. Karena termasuk tidak bermoral kalau  seorang anak kaya, sedangkan ayah dan ibunya menjadi mustahiq zakat  sebagai fakir miskin.
Ayah dan ibu kandung itu harus diberi nafkah, bukan  diberi zakat, dan nafkah itu pahalanya lebih besar daripada zakat, namun  nafkah harus dilakukan secara terus-menerus, setiap hari.
Namun  sebaliknya, seorang ayah yang kaya, sedangkan anaknya yang sudah  berkeluarga hidup miskin, maka boleh sang ayah memberikan zakat fitrah  kepada anaknya yang sudah di luar tanggungan itu. (
Prof. Dr. KH. Miftah Faridl/Tabloid Alhikmah).*